Senin, 14 Februari 2011

Berlalunya masa... 18.12.2010



by Dwi Rahmawati on Saturday, December 18, 2010 at 12:35am

Bergulirnya waktu itu suatu kepastian, ia berjalan tanpa bisa diundur, ditunda bahkan dihentikan.

Dari detik, menit, jam, hari, bulan, tahun......

Masa itu semakin sempit dengan sendirinya...

Belum lagi banyak bahagia yang bisa dipendarkan

Belum lagi banyak kebaikan ditebarkan

Belum lagi banyak keceriaan dibagikan

Belum lagi banyak harapan mampu dipenuhi

Dan masa tetaplah berjalan,..... tidak lambat bahkan terkesan cepat dan terburu-buru

Terkadang dibuat terseok-seok karenanya



Masaku berkurang lagi....

Semoga masih cukup waktu tuk bahagiakan setiap hati

Semoga masih luas kesempatan tuk benahi diri

Semoga masih lapang kesempatan tuk ucapkan maaf pada kesalahan yang belum terampuni

Semoga masih ada peluang tuk bisa memberi

Semoga semakin terpupuk ingin tuk kabulkan mimpi-mimpi

Ya Allah, terima kasih karena masih memberiku masa hingga hari ini.

Pada... by Dwi Rahmawati on Friday, November 12, 2010 at 1:46am

Waktu beranjak merapat pada pekatnya malam.

Sepi merambat....

Hening menenggelamkan riuh pada siang, senja dan mudanya malam.

Letih itu sungguh jelas membayang pada setiap wajah.

Letih pada keadaan, letih pada kejadian, letih pada segala yang menyesakkan.

Mereka....jiwa-jiwa itu terbaring diam rebahkan segala rasa yang tersisa.

Berharap Allah lupakan lelah dan sedihnya sesaat, jagakan lelapnya hingga esok menyapa.



Tak usah takut wahai sahabat....

Pada ruang-ruang yang lain.......

Puluhan, ratusan, ribuan pasang tangan menengadah tunduk pada ketaatan...

Mencari keindahan dalam doa-doa pada sepertiga malam.

Berharap segala kebaikan menyapa mereka, kalian dan semua orang..

Ada permohonan tulus dari banyak hati tuk kuatkan kalian tuk kembali berjalan di esok hari.

LikeUnlike · · Share · Delete

Jumat, 24 September 2010

Gejolak ....

Pada suatu saat, pada detik tertentu......
Jantung didalam raganya berdetak lebih kencang, lebih dasyat dari kemarin ataupun masa-masa yang lalu.
Riak-riak didalamnya tak membentuk pola, tp mereka berlarian dengan tergesa...
Kalau itu galau...mungkin memang itu yang tersisa.
Kalau itu keletihan...mungkin itu pula yang berkecamuk.
Dan andai itu kesedihan...ada pula kemiripannya.

Coba dirabanya yang ia rasa...masih saja bergejolak dan sungguh sangat tak enak.
Coba ditekannya dengan segenap tenaga, ....rasanya masih sama. Apa ini?
Ia bertanya sendiri dalam sekian kali pengulangan....
Tak jua ada jawaban.
Sungguh ia teramat letih, terseok dalam pencarian, terpelanting dalam ketidakberdayaan.
Ia tersuruk ..
Ia tersudut...
Ia mengaduh...
Ya Alloh Yang Pengasih, dekaplah jiwa ini erat-erat, bisiki relung ini bahwa ia tidak sendiri.

Rabu, 22 September 2010

Sebuah Jiwa

Sebuah jiwa dalam raga....bersemayam dengan anugerah fikir dan rasa.

Jiwa itu dipoles dengan banyak warna, dikeraskan oleh ego diri tapi juga dihaluskan oleh nurani yang pengasih dan pemberi cinta.

Iapun dilekatkan oleh gembira, takut, gelisah bahkan amarah.

Ia hanya sebuah jiwa, yang kadang ....bahkan sering lupa bahwa ada jiwa-jiwa lain yang terpengaruh oleh rasa-rasa yang ia punya.

Ia adalah jiwa yang berkelana mendewasakan diri dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang selalu dibawanya.

Jiwa itu tak henti mencoba membagi damai dan bahagia sekelilingnya, meski kadang abaikan rasa miliknya.

Tapi tetaplah ia tak sempurna....karena memang tidak ada yang benar-benar sempurna didunia ini.

Luka baginya saat sakit tertoreh pada jiwa-jiwa lain....

Karena ia memang bukan yang sempurna...

Ia hanya berharap, sakit itu tersembuhkan dengan segera...

Kan ditambalnya luka itu dengan kasih yang lain, cinta dalam wujud yang berbeda, kegembiraan dalam melodi yang lebih indah........karena ia sesungguhnya lembut, slalu sodorkan ketulusan tanpa berharap pengembalian.

Semoga smua jiwa-jiwa itu merasakannya......

Jumat, 13 Agustus 2010

Little Graduation 2010 - The Last Moments With My Kids at Celik Preschool








Ini adalah beberapa foto terakhir bareng semua murid dan rekan guru, ehm...lebih banyak sedih dan biru rasa karena setelah ini akan jarang waktu dan kesempatan bertemu. Anak-anakku akan memasuki dunia yang baru, masa-masa playgroup dan TK terlewati sudah, saatnya bersuka cita dengan bangku SD...cckkkckkkkk, it's so exciting. Love u always my dear kids, partners and parents. Thanks untuk foto yang aku sisip disini, terutama mama Arga.

Minggu, 06 Juni 2010

Satu Cubitan Kecil Untukku....



Sebenarnya ini terjadi beberapa hari lalu....
Hari itu aku baru selesai tugasku menemani Dextra belajar sekitar jam 6.30 malam. Saat hendak pamit tapi tiba-tiba hujan mengguyur deras, terpaksa aku menunda kepulanganku. Baru sekitar jam 7.20 hujan agak mereda dan aku buru-buru minta diri karena tak mau kemalaman sampai rumah. Alhamdulillah, Kopaja 68 arah Melayu langgananku masih nge-tem di depan pasar Tebet. Hanya satu dua penumpang saja yang ada di situ. Kupijit-pijit kakiku yang terasa lelah, dan yang terasa susah sekali ditahan adalah rasa kantuk yang sangat. Aku mengeluh sesaat......hhh, kok rasanya capek sekali ya......
Tiba-tiba datang bapak tua yang sering aku temui, ia menebar senyum tulusnya padaku seperti biasa. Kami sering jumpa, tapi tak pernah ngobrol hanya saling bertukar senyum. Entah apa yang dia bawa hari ini? Ia membawa karung kebangsaannya, ehm...seperti berisi buku-buku/majalah gitu. Entah sudah berapa kali ia menebar senyum ke arahku. Aku selalu suka dengan senyumnya yang terlihat sangat tulus itu. Tiba-tiba aku merasa malu sendiri. Aku yang masih cukup muda sering sekali mengeluh capek, mengabaikan tanggung jawab yang sudah kusanggupi saat rasa malas dan jenuh meenyambangi, kurang sabar saat dihadang macet jalanan dan kadang mengabaikan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Dan ia......ia yang sudah tua (kuperkirakan umurnya diatas 70 tahun) masih setia bekerja untuk menafkahi keluarganya (entah apa) dari pagi hingga lepas Magrib baru pulang dan tetap tersenyum pada semua orang. Sungguh keikhlasan saja yang tampak. Penampilannya selalu rapi meski seadanya, selalu memakai sepatu dan berkaos kaki serta kopiah haji dikepalanya tak pernah lupa. Entah hari itu tiba-tiba aku ingin memperhatikan lebih banyak apa saja yang ia lakukan, ia lihat, ia pandangi, bahkan hingga ia turun di kolong deket hotel Harris. Tetap saja mataku tak beralih darinya....... Subhanallah, apa yang kulihat kemudian membuatku ingin menangis karena kembali dirundung haru. Di kolong itu kebetulan ada beberapa orang yang duduk-duduk, diantaranya seorang bapak yang cacat kaki (ia memakai tongkat). Dan bapak tua itu berhenti didekatnya, tersenyum pada laki-laki cacat itu sembari tersenyum, ia mengeluarkan sesuatu dari karung. Sebuah kotak kardus makanan, dan memberikannya pada laki-laki itu.
Saat seperti ini membuat haruku muncul mendadak, sungguh...ia tidak berbuat apa-apa, tapi apa yang kulihat padanya, telah banyak mengajariku akan arti keikhlasan dan lebih mensyukuri akan segala hal yang terjadi dalam hidupku. Doaku dalam hati, "Ya Allah Yang Maha Baik.....jagalah bapak tua itu& mereka-mereka yang selalu gigih bekerja dan berusaha demi keluarganya dalam lindunganMu slalu, sehatkan badannya supaya selalu bisa bekerja menafkahi keluarganya, bahagiakan hidupnya slalu, dan semoga senyumnya itu slalu menginspirasi lebih banyak orang seperti ia sudah menggugah hatiku".

Selasa, 25 Mei 2010

Bercakap dengan seorang pengamen kecil...

Malam ini ada satu penggal cerita yang sedikit berbeda dari rutinitas biasanya. Biasanya seusai jam kerja disekolah, sore hariku berlanjut dengan menemani anak-anak lesku belajar, tapi sore tadi agak berbeda. Sesi pertamaku kuliburkan karena suatu kepentingan yang kurencanakan tapi batal kujalankan. Sedang sesi kedua juga terlewati karena hujan mengguyur, meski tak terlalu deras tapi cukup bisa membuatku kuyup andai kupaksakan pergi. Sementara jarak pulangku nanti cukup jauh dan makan waktu. Ada rasa bersalah sempat menggelitik karena mengabaikan tanggung jawab (karena tepat jam 5 waktu les sesi 2 dimulai hujan sudah berhenti tapi aku sudah memutuskan tuk tak datang). Sahabatku bahkan menertawakanku karena rasa yang sempat hinggap itu , 'Memang tadi hujan kan, itu artinya dikau tak bohong heheheh....', ujarnya seraya meledekku.
Sekitar jam 5.15 kami keluar dari sekolah dan aku mengajaknya tuk jalan kaki aja, mengulang masa-masa kemarin saat waktuku tidak terlalu padat. Jadilah kami menyusuri gang di Tebet Timur melewati rumah dari anak didikku dulu, sekalian tengok baby Fathur kalau kebetulan mereka tidak pergi. Alhamdulillah, ternyata saat kami ucap salam...pintu depan terbuka, Kinanti yang keluar lebih dahulu. Jadilah kami berdua mampir, tengok baby Fathur (adik Kinan & Dinda), sekalian numpang shalat Magrib. Usai shalat, kami pamit pulang .....dan masih tetap dengan berjalan kaki sampai perempatan Warmo. Laras meneruskan ke kostnya yang tidak jauh dari situ, sedang aku setia menunggu jemputanku....metromini 68 atau 612 hehehehe....
Disinilah cerita ini bermula.
Aku berdiri dipinggir jalan dan didekatku berdiri seorang gadis kecil pengamen. Sendirian. Berulang kali ia melirikku dan senyum-senyum seraya mengayunkan badannya ke kiri kanan dengan berpegangan pada tiang listrik. Akhirnya setelah beberapa menit berlalu dan metro yang kutunggu blm datang jua...terjadilah percakapan itu...
"Haloo....sendiri ya?," tanyaku memulai.
"Iya.."
"Kok ngga ada temennya?"
Gadis cilik itu kembali senyum-senyum.
"Tiap hari juga ngamen sendiri kok"
Aku manggut-manggut. "Tidak takut?"
Matanya berkerjap-kerjap "Engga-lah...kan rame"
"Trus ini kan udah mulai malem, ngga pulang?"
"Kan mulainya udah sore, nanti pulangnya jam 11-an"
Gubrakkkkk......walah, jam 11 baru pulang? Anak kecil, perempuan, sendirian,...pulang jam 11? Wah wah...sulit dibayangkan.
"Trus nanti dijemput gitu?"
Lha,...kok ia menggeleng. Tambah takjublah aku.
"Beneran ngga takut?"
Ia menggeleng lagi sambil cekikikan.
Aku jadi inget kalo masih simpan satu roti dalam tasku "Mau roti ngga? Rasa cokelat, enak lho"
"Ngga ah...masih kenyang"
Ehm, ....bagus juga anak ini cukup berhati-hati untuk tidak gampang menerima sesuatu dari orang yang baru ia kenal.
"Ngga papa kok, ini enak ....buat kamu aja ya, siapa tahu malem-malem nanti lapar"
Setelah aku bujuk akhirnya ia mau menerima roti itu dan menyimpannya didalam tasnya.
"Ayah ibunya ada?"
Ia mengangguk.
"Punya saudara?"
"2 kakak, 2 adik dan 1 bayi"
Whaaaa..... banyak kali.
"Kakaknya dimana? Kerja atau masih sekolah?"
"Yang perempuan masih SMA, yang laki-laki kerja di poster"
Nah, yang ini aku ngga mudeng....kerja diposter itu apa, apa nempelin poster2 dijalanan atau ditukang poster.
"Mamahnya kerja apa?"
"Ngga tahu"
Lha????
"Ayahnya tapi kerja kan?"
Ia ketawa ngikik "Bapak jaga adik bayi"
Lho?????
"Jadi ngga kerja?"
"Dulu dagang mie ayam, tapi banyak yang ngutang ngga bayar. Jadi modal mienya abis...ngga kerja lagi sampai sekarang"
Oooooooooooooooo.....
"Kamu ngamen disuruh apa mau sendiri sih?"
"Mau sendiri sih.........."
Tp kok sihhh-nya terdengar nggantung gitu ya...
"Umur kamu berapa sih?"
"Tujuh tahun"
"Kalau ngamen malem-malem trus pulang jam 11, kapan sekolahnya dong?"
"Udah berhenti, kelas 1 kemarin"
"Ngga pengen sekolah lagi? Kan SD masih gratis, ngga bayar"
"Nanti kalo bapak dah kerja lagi"
Kok hatiku jadi sedih ya.....
"Tapi pengen pinter kan?"
Ia ngangguk
"Kalo ngamen sehari bisa dapat berapa?"
Dengan fasih ia jawab "Kalo rame bisa 80, kalo sepi cuma 30"
Whaa.....lumayan juga, tp juga lumayan menyita waktu & tenaganya buat naik turun angkot. Ehm, masih kecil kalau soal uang kok pinter banget ya ngitungnya...... (karena terbiasa kali ya..)
"Kalo laper trus gimana, jajan diwarung gitu?"
"Ya ditahan-tahanin, dibiasa-biasa-in. Kalo berangkat ngamennya pagi, jam 11 pulang buat makan"
Duhhhh....
"Memang rumahnya deket?"
"Itu.....di Prumpung"
"Oh, deket pasar mainan itu"
Ia mengangguk.
"Tapi sekarang pindah deket kampung Sayur"
Dahiku berkerut. Dimana kampung Sayur itu? Kok baru dengar ya...
"Itu lho, yang deket kampung melayu, belok trus lurusssss.."
"Ada yang pernah jahat sama kamu ngga?"
Ia mikir sesaat "waktu itu aku disuruh ngikutin orang, laki-laki naik sepeda"
"Trus kamu ikutin gitu?"
"Iya, tapi pas udah jauhan.........aku buru-buru lari, takut diculik"
"Jangan,....jangan gampang percaya orang asing ya....apalagi disuruh ikut, jangan mau"
"Iya, aku juga takut"
"Bagus.....
"Mbak nungguin bis ya, mau ke Melayu?" Aku ngangguk.
"Naik 68 dong. Ehm,..hujan biasanya penuh. Nanti ada lagi malem-malem"
Dia hapal ya hilir mudiknya angkutan....
Jadilah kami ngobrol panjang lebar selama aku menunggu metromini langgananku. Hmmm, sayangnya aku keasyikan tanya-tanya sampai lupa nanya siapa namanya. Pas inget mau nanya, ia sudah lebih dulu turun dan berlari menjauh.
Tuhan,.....kok masih banyak anak-anak yang harus melewati masa kecilnya dengan kehidupan seperti ini ya. Sedih, kenapa mereka-mereka yang memiliki anak tega membiarkan anak-anaknya berkeliaran dijalan dikelilingi berbagai macam bahaya yang tak terduga. Sungguh mereka ini sangat rentan akan kejahatan. Alasan kesulitan hidup rasanya tak pantas dikemukakan. Mereka berani memiliki anak, seharusnya mereka berani memperjuangkan kehidupan dan kesejahteraan anak-anak itu. Banyak contoh kok kesuksesan bisa diraih dari mereka-mereka yang hidupnya pas-pasan. Segala sesuatu kembali ke niat, keinginan, doa & usaha yang sungguh-sungguh.