Minggu, 06 Juni 2010

Satu Cubitan Kecil Untukku....



Sebenarnya ini terjadi beberapa hari lalu....
Hari itu aku baru selesai tugasku menemani Dextra belajar sekitar jam 6.30 malam. Saat hendak pamit tapi tiba-tiba hujan mengguyur deras, terpaksa aku menunda kepulanganku. Baru sekitar jam 7.20 hujan agak mereda dan aku buru-buru minta diri karena tak mau kemalaman sampai rumah. Alhamdulillah, Kopaja 68 arah Melayu langgananku masih nge-tem di depan pasar Tebet. Hanya satu dua penumpang saja yang ada di situ. Kupijit-pijit kakiku yang terasa lelah, dan yang terasa susah sekali ditahan adalah rasa kantuk yang sangat. Aku mengeluh sesaat......hhh, kok rasanya capek sekali ya......
Tiba-tiba datang bapak tua yang sering aku temui, ia menebar senyum tulusnya padaku seperti biasa. Kami sering jumpa, tapi tak pernah ngobrol hanya saling bertukar senyum. Entah apa yang dia bawa hari ini? Ia membawa karung kebangsaannya, ehm...seperti berisi buku-buku/majalah gitu. Entah sudah berapa kali ia menebar senyum ke arahku. Aku selalu suka dengan senyumnya yang terlihat sangat tulus itu. Tiba-tiba aku merasa malu sendiri. Aku yang masih cukup muda sering sekali mengeluh capek, mengabaikan tanggung jawab yang sudah kusanggupi saat rasa malas dan jenuh meenyambangi, kurang sabar saat dihadang macet jalanan dan kadang mengabaikan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Dan ia......ia yang sudah tua (kuperkirakan umurnya diatas 70 tahun) masih setia bekerja untuk menafkahi keluarganya (entah apa) dari pagi hingga lepas Magrib baru pulang dan tetap tersenyum pada semua orang. Sungguh keikhlasan saja yang tampak. Penampilannya selalu rapi meski seadanya, selalu memakai sepatu dan berkaos kaki serta kopiah haji dikepalanya tak pernah lupa. Entah hari itu tiba-tiba aku ingin memperhatikan lebih banyak apa saja yang ia lakukan, ia lihat, ia pandangi, bahkan hingga ia turun di kolong deket hotel Harris. Tetap saja mataku tak beralih darinya....... Subhanallah, apa yang kulihat kemudian membuatku ingin menangis karena kembali dirundung haru. Di kolong itu kebetulan ada beberapa orang yang duduk-duduk, diantaranya seorang bapak yang cacat kaki (ia memakai tongkat). Dan bapak tua itu berhenti didekatnya, tersenyum pada laki-laki cacat itu sembari tersenyum, ia mengeluarkan sesuatu dari karung. Sebuah kotak kardus makanan, dan memberikannya pada laki-laki itu.
Saat seperti ini membuat haruku muncul mendadak, sungguh...ia tidak berbuat apa-apa, tapi apa yang kulihat padanya, telah banyak mengajariku akan arti keikhlasan dan lebih mensyukuri akan segala hal yang terjadi dalam hidupku. Doaku dalam hati, "Ya Allah Yang Maha Baik.....jagalah bapak tua itu& mereka-mereka yang selalu gigih bekerja dan berusaha demi keluarganya dalam lindunganMu slalu, sehatkan badannya supaya selalu bisa bekerja menafkahi keluarganya, bahagiakan hidupnya slalu, dan semoga senyumnya itu slalu menginspirasi lebih banyak orang seperti ia sudah menggugah hatiku".